Senin, 12 Maret 2018

Candi dalam Gereja? Yuk Telusuri Desa Wisata Ngringinan



Pada tanggal 10 maret 2018, saya dan teman – teman seangkatan dari D3 Kepariwisataan UGM melakukan kuliah lapangan ke Ganjuran kompleks di Desa Palbapang, Bantul, Yogyakarta. Kami bersama – sama menuju ke Ganjuran dengan menggunakan motor dari kampus kami sekitar jam 7 pagi.  Waktu yang di tempuh adalah sekitar 1 jam dari kampus kami. Akses menuju ke lokasi terbilang cukup mudah dan keadaan jalanan yang baik.

Setelah kami semua sampai di Ganjuran kami berkumpul di Museum Bantul Masa Belanda.  Disana kemudian kami disambut oleh pengelola desa wisata tersebut yang bernama Bapak Windu Kuntoro atau yang biasa dipanggil Pak Kun. Pak Kun memberi sambutan kepada kami dan menceritakan mengenai Desa Wisata Ngringinan Palbapang yang kemudian terdapat sesi tanya jawab dari kami kepada Pak Kun. 

Desa Wisata ini akan menyuguhkan anda suasana Bantul tempo dulu dan membuat anda merasakan bagaimana Bantul pada saat masa penjajahan Belanda. Salah satunya adalah dengan berkunjung ke Museumnya yakni Museum Bantul Masa Belanda. Di Museum ini terdapat foto – foto, surat dan mata uang  ketika Bantul dan Palbapang menjadi pusat kota dan perekonomian pada saat itu. Salah satunya adalah foto Stasiun Kereta Palbapang pada masa lampau dan foto peresmian Candi Ganjuran.

Bagi anda yang menyukai wisata kuliner, Desa Wisata ini memiliki makanan khas tradisional bernama Madumongso. Madumongso ini terlihat seperti dodol yang berwarna coklat manis. Akan tetapi Madumongso berbahan dasar ketan yang difermentasi menjadi tape kemudian diolah lagi dengan santan dan gula. Setelah semua proses dilakukan kemudian Madumongso dibungkus menggunakan kertas minyak yang berwarna – warni. Disini wisatawan dapat melihat langsung proses pembuatan Madumongso tersebut yang diolah oleh ibu – ibu setempat.

Sumber : Dokumen pribadi penulis

 Setelah sambutan usai, kami pun mengunjungi Gereja Ganjuran ( Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus). Di Gereja Ganjuran ini kami dapat merasakan akulturasi antara hindu-budha,jawa dan Eropa. Gereja ini memiliki aura jawa karena memiliki bentuk bangunan joglo bisa dilihat dari tiang – tiang besar yang terdapat ukiran – ukiran jawa. Kemudian akulturasi hindu-budha terasa karena terdapat patung-patung yang mirip seperti yang ada di candi – candi. Selain itu, hal yang membedakan gereja ini dengan yang lain adalah adanya candi yang terletak dekat dengan gereja ini. Candi ini biasa dipakai untuk bersembahyang umat kristen dan saat saya berkunjung pun terdapat beberapa pengunjung yang sedang bersembahyang di candi tersebut. Kemudian akulturasi gaya Eropa dapat dilihat dari atap gereja yang berbentuk piramida yang dihiasi dengan salib besar. Di sekitar Gereja ini terdapat pohon – pohon pinus yang membuat teduh suasana untuk bersembahyang.

Denah lokasi

Candi Ganjuran
Pohon Pinus Sekitar Candi Ganjuran
Setelah mengunjungi Gereja dan Candi Ganjuran ini kemudian kami kembali ke tempat awal dan melanjutkan makan siang bersama. Seusai makan siang kami pun berdoa dan bersiap untuk kembali pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar