Sabtu, 24 Februari 2018

Tokoh Wayang



Gareng (Nala Gareng)



Latar belakang
Gareng lazim disebut sebagai anaknya Semar dan masuk dalam golongan punakawan. Aslinya, Gareng bernama Bambang Sukskati, putra Resi Sukskadi dari padepokan Bluluktiba. Bertahun-tahun Bambang Sukskati bertapa di bukit Candala untuk mendapatkan kesaktian. Setelah selesai tapanya, ia kemudian minta izin pada ayahnya untuk pergi menaklukan raja – raja.
Di tengah perjalanan Bambang Sukskati bertemu dengan Bambang Panyukilan, putra Bagawan Salantara dari padepokan Kembangsore. Karena sama-sama congkaknya dan sama-sama mempertahankan pendiriannya, terjadilah peperangan antara keduanya. Mereka mempunyai kesaktian yang seimbang, sehingga tiada yang kalah dan menang. Mereka juga tak mau berhenti berkelahi walau tubuh mereka telah saling cacad tak karuan. Perkelahian baru berakhir setelah dilerai oleh Semar/Sanghyang Ismaya. Karena sabda Sanghyang Ismaya, berubahlah wujud keduanya menjadi sangat jelek. Tubuh Bambang Sukskati menjadi cacad. Matanya juling, hidung bulat bundar, tak berleher, perut gendut, kaki pincang, tangannya bengkok/tekle/ceko (Jawa). Oleh Sanghyang Ismaya namanya diganti menjadi Nala Gareng, sedangkan Bambang Panyukilan menjadi Petruk.
Nala Gareng menikah dengan Dewi Sariwati, putri Prabu Sarawasesa dengan permaisuri Dewi Saradewati dari negara Salarengka, yang diperolehnya atas bantuan Resi Tritusta dari negara Purwaduksina. Nala Gareng berumur sangat panjang, ia hidup sampai jaman Madya.
Keunikan
Sebagaimana yang tampak dalam wujud fisik Nala Gareng merupakan sekumpulan simbol yang menyiratkan makna sbb:
Ø  Mata Juling:
Mata sebelah kiri mengarah keatas dan ke samping. Maknanya Nala Gareng selalu memusatkan batinnya kepada Hyang Widhi.
Ø  Lengan Bengkok atau cekot/ceko :
Melambangkan bahwasannya manusia tak akan bisa berbuat apa-apa bila tidak berada pada kodrat atau kehendak Hayng Widhi.
Ø  Kaki Pincang, jika berjalan sambil jinjit :
Artinya Nala Gareng merupakan manusia yang sangat berhati-hati dalam melangkah atau dalam mengambil keputusan. Keadaan fisik nala Gareng yang tidak sempurna ini mengingatkan bahwa manusia harus bersikap awas dan hati-hati dalam menjalani kehidupan ini karena sadar akan sifat dasar manusia yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan.
Ø  Mulut Gareng :
Mulut gareng berbentuk aneh dan lucu, melambangkan ia tidak pandai bicara, kadang bicaranya sasar-susur (belepotan) tak karuan. Bicara dan sikapnya serba salah, karena tidak merasa percaya diri. Namun demikian Nala Gareng banyak memiliki teman, baik di pihak kawan maupun lawan. Inilah kelebihan Nala Gareng, yang menjadi sangat bermanfaat dalam urusan negosiasi dan mencari relasi, sehingga Nala Gareng sering berperan sebagai juru damai, dan sebagai pembuka jalan untuk negosiasi. Justru dengan banyaknya kekurangan pada dirinya tersebut, Nala Gareng sering terhindar dari celaka dan marabahaya.

Sikap dan sifat
Sifat baik
Memiliki watak selalu bergembira,selalu mengeluarkan aura positif,tidak suka mengambil hak orang lain ,dan selalu berhati-hati dalam melangkah. Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong.
Sifat buruk
Tidak pandai berbicara
Sumber

Jumat, 23 Februari 2018

Dampak pariwisata dan rekreasi di daerah pedesaan (Resume 4)



Dampak pariwisata dan rekreasi di daerah pedesaan

Segi sosio ekonomi
Positif
1.      Memberikan sumber penghasilan baru, alternatif atau tambahan dan pekerjaan
2.      Membantu mengurangi ketidakseimbangan kekuatan gender dan ketidakseimbangan sosial lainnya
3.      Mendorong kegiatan komunitas secara kolektif
4.      Memberikan kesempatan untuk mempertahankan populasi di daerah yang mungkin mengalami depopulasi
5.      Mengaktifkan area yang akan diisi ulang
6.      Terjadi multiplier effect secara keseluruhan meskipun di pedesaan cenderung lebih rendah

Negatif
1.      Terjadi kebocoran ekonomi
2.      Inflasi harga lokal
3.      Migrasi tenaga kerja dengan meninggalkan pekerjaan lama mereka seperti  petani yang meninggalkan sawahnya
4.      Mengubah struktur pekerjaan lokal
5.      Mengubah pasar perumahan lokal
6.      Memperkuat persepsi pekerjaan perempuan sebagai gaji rendah dan paruh waktu dan perpanjangan ‘peran dalam rumah tangga’
7.      Komplek mandiri dengan jaringan yang lemah dengan ekonomi lokal
8.      Pola permintaan dari wisatawan cenderung musiman

Segi Budaya
Positif
1.      Mengembangkan kembali budaya lokal
2.      Menanamkan rasa kebanggan lokal, harga diri dan identitas

Negatif
1.      Memproduksi atau mengubah ‘budaya’ lokal untuk komodifikasi dan keaslian bertahap
2.      Menghancurkan budaya asli dengan adanya modifikasi

Segi Fisik
Positif
1.      Berkontribusi terhadap konservasi dan perlindungan
2.      Membantu perbaikan dan penggunaan kembali properti terbelangkai seperti kegiatan mendaur ulang suatu benda

Negatif
1.      Terjadi perusakan habitat
2.      Mengotori , emisi, dan bentuk polusi lainnya
3.      Kemacetan yang disebabkan oleh kedatangan para pengunjung
4.      Perumusan konstruksi baru, mungkin dicangkokkan ke permukiman yang ada

Minggu, 18 Februari 2018

Rural Tourism and Recreation (Resume 3)

Ragam kegiatan wisata dan rekreasi di pedesaan (di adaptasi dari Thibal 1988)

Rural tourism meruupakan segala bentuk dari wisata yang menunjukan lokasi pedalaman yang memberi keuntungan bagi ekonomi lokal dan sosial sebagaimana menciptakan interaksi antara wisatawan dan penduduk lokal seperti berkunjung ke desa
Lingkungan pedesaan memiliki sejarah panjang untuk tujuan rekreasi, dan hubungan simbiosis ini memiliki dampak penting pada lingkungan dan aktivitas. Beberapa lanskap pedesaan telah dicetak untuk kesenangan rekreasi elit tertentu, sepertidi  daratan Eropa.

Berikut aktivitas yang dapat dilakukan saat berwisata di desa :
Turing
Hiking (jalan setapak, jalur kebugaran, taman alam)
Berkuda
Tur di kafilah gipsi, gerobak
Turing bermotor (trail riding, semua medan kendaraan bermotor)
Tur kota / desa kecil
Liburan 'Berpetualang' / liburan di padang gurun
Bersepeda
Keledai berkuda
Ski lintas negara

Aktivitas terkait air
Penangkapan ikan
Renang
Wisata sungai / kanal (rumah perahu, kapal sempit, tongkang)
Perahu kano, kayak dan arung jeram
Selancar angin
Balap speedboat
Pelayaran
Fasilitas tipe 'aqualand'

Kegiatan udara
Pesawat ringan
Pesawat layang dan pesawat ringan mikro
Balon udara panas

Kegiatan olah raga
Membutuhkan pengaturan alam:
Potholing
Panjat tebing
Orienteering
Membutuhkan pengaturan yang dimodifikasi / dibangun :
Tenis
Golf
Intensitas rendah ski lereng
Berburu

Kegiatan budaya
Arkeologi
Situs restorasi
Studi warisan pedesaan
Industri lokal, pertanian atau kerajinan
perusahaan
Museum
Kursus kerajinan
Bengkel artistik
Kelompok rakyat
Rute budaya, gastronomi dan lainnya

Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
Pelatihan kebugaran
Kursus penyerangan
Spa dan resor kesehatan

Aktivitas 'Pasif'
Liburan relaksasi di lingkungan pedesaan
Studi alam di luar ruangan, termasuk
mengamati burung, fotografi
Apresiasi lanskap

Acara 'Hallmark'
Festival olahraga pedesaan
Acara pertanian

Hubungan bisnis
Konvensi / konferensi berskala kecil
Pariwisata insentif pendek-istirahat

Selasa, 13 Februari 2018

Desa Wisata Terbaik



Anggota kelompok
1. Alyaa Zuleika
2. Arin Krismawati
3. Elvina Fajarena


Asyiknya Desa Wisata Kebonagung







Cerita terindah saat kita kecil ialah ketika libur panjang berlangsung. Rumah kakek dan nenek merupakan destinasi utama yang sangat dinanti. Bermain di sawah, melihat kerbau membantu pak tani membajak sawah, berenang di sungai, dan segala aktivitas bernuansa pedesaan yang sejuk dan hijau. Masa berlibur di rumah kakek dan nenek merupakan momen penuh kenangan yang saat ini selalu dirindukan.
Pada umumnya, saat ini liburan digunakan untuk berwisata ke destinasi yang sedang populer dan hanya dengan tujuan dapat berpose di spot foto kemudian diunggah ke media sosial pribadi. Momen unik saat berlibur ke rumah kakek dan nenek di masa kecil menjadi hal yang relatif jarang ditemukan. Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan sektor pariwisata menjadi sangat luas dan memiliki keunikannya tersendiri, seperti desa wisata.
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. ( Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai PariwisataBudaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3). Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak desa wisata, desa wisata yang paling unik dan menyenangkan ialah Desa Wisata Kebonagung.
Desa Wisata Kebonagung terletak di bagian selatan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Tidak seperti destinasi wisata pada umumnya, Desa Wisata Kebonagung menjadi salah satu destinasi minat khusus bagi para wisatawan. Konsep wisata di Kebonagung ini berbasis pendidikan pertanian, dan budaya. Jadi, di Desa Wisata Kebonagung ini kita dapat menemukan kembali memori liburan ke rumah kakek dan nenek di desa.




Desa Wisata Kebonagung ini menyajikan panorama indah khas pedesaan yang sejuk dan serba manual, seperti salah satu paket wisata yang mengajarkan para wisatawan belajar bercocok tanam secara langsung dari proses pengolahan tanah sampai proses panen. Aktivitas ini menarik bagi wisatawan karena kegiatan untuk menyuburkan tanah ini masih dilakukan secara manual dengan cara mencangkul, atau menggaruk tanah dengan mata bajak yang ditarik sapi atau kerbau.





Kemudian, Desa Wisata Kebonagung ini juga menyajikan wisata kerajinan untuk memberikan pengalaman kepada para wisatawan dalam membuat kerajinan batik tulis, kerajinan gerabah, dan kerjianan dekor janur. Lalu adapula paket wisata budaya yang berupa wisata adat genduri, dan wiwitan. Genduri merupakan perayaan yang diisi dengan doa bersama untuk memperingati peristiwa-peristiwa yang dianggap penting seperti mitoni, atau upacara tujuh bulan untuk bayi, tahlilan dan peringatan rumah baru. Sedangkan, upacara wiwit atau labuh berisi kegiatan memberikan sesajen atau sesembahan yang berisi hasil pertanian. Tujuannya mengucapkan terima kasih atas rejeki yang diberikan Tuhan serta memnohon keselamatan, kedamaian dan kesuburan di masa depan







Selain yang telah disebutkan di atas, Desa Wisata Kebonagung juga menyediakan paket wisata kesenian, yakni para wisatawan dapat belajar seni karawitan, seni jathilan, dan kesenian gejog lesung. Secara sederhana karawitan bisa diartikan sebagai seni mengolah bunyi dari instrumen musik tradisional dengan suara dari vokal manusia. Sedangkan, gamelan merupakan alat dari perunggu yang digunakan dalam karawitan. Kemudian, Jathilan ialah kesenian yang menggabungkan antara tarian dengan kekuatan magis. Pada daerah lain kesenian ini dikenal sebagai jaran kepang. Awalnya, pertunjukan dimulai dengan tari-tarian. Lalu, para penari mengalami trance atau kerasukan sehingga mereka seperti kehilangan kesadaran. Para penari yang kerasukan tersebut tetap bergerak mengikuti irama musik dari alat musik seperti saron, kendang, dan gong.  Ada juga pemain lain yang berjaga-jaga dan mengawasi sambil memegang pecut atau cemeti.






Keunikan lain yang dimiliki Desa Wisata Kebonagung ini adalahadanya kegiatan lain yang dapat dijadikan alternative wisata di Desa Kebon Agung, yaitu Kelompok Budidaya Ikan, Kolam Pemancingan, dan Kelompok Ternak Kambing. Para wisatawan juga bisa menikmati Bendung Tegal yaitu sebuah bendungan yang menampung air dari Sungai Opak. Berbeda dengan Desa Wisata lain di Desa Wisata Kebonagung selaian bisa mempelajari sistem irigasi, wisatawan juga bisa mencoba serunya olahraga dayung. Ada juga perahu naga yang bisa digunakan untuk mengelilingi Bendung Tegal. Bahkan, perahu-perahu ini pernah digunakan untuk lomba perahu naga tingkat nasional.
Jadi, tunggu apa lagi? Kalian bisa merasakan suasana masa kecil saat berlibur ke rumah kakek dan nenek di Desa Wisata Kebonagung ini. Selain bernostalgia, kita juga sekaligus belajar serta melestarikan budaya Indonesia, lho!




Sumber dan Referensi :


Sabtu, 10 Februari 2018

Community Based Tourism ( CBT )


Wisata berbasis masyarakat : Prinsip dan makna


http://charlieontravel.com/thailand-community-based-tourism/



Di tengah perubahan sosial yang ditimbulkan oleh globalisasi, masyarakat lokal tidak bisa hidup dalam isolasi. Namun berinteraksi dengan dunia luar tidak akan mudah bagi masayarakat lokal tanpa kecukupan dan sumber daya sosial, budaya, dan ekonomi yang kuat. Sementara di tingkat nasional, standar sistem pendidikan dan administrasi daerah yang dikendalikan dan diarahkan oleh pemerintah pusat memaksa masyarakat terpencil dan pedesaan untuk menjadi semakin tergantung pada negara.

Pemahaman masyarakat di perkotaan yang memiliki hubungan dengan masyarakat pedesaan merupakan basis yang penting bagi merancang dan menerapkan strategi pembangunan yang berhasil. Pariwisata adalah salah satu cara untuk membawa orang –orang dengan latar belakang yang berbeda menjadi bersama – sama. Idealnya, pariwisata menawarkan kesempatan unik kepada rombongan dan pengunjung untuk berbagi budaya dan sudut pandangnya yang berbeda. Anggota masyarakat yang berbeda dapat berbagi pengalaman tangan pertama bersama dan untuk mengembangkan hubungan pribadi yang dapat tumbuh menjadi aliansi yang kuat yang berkontribusi terhadap keberlanjutan pengembangan masayarakat.

Wisata berbasis masyaarakat ( CBT ) adalah jenis wisata yang unik dengan karakteristiknya yang sangat berbeda dengan pariwisata pada umumnya. Mereka yang berniat untuk menempatkan praktik CBT harus memahami sepenuhnya gagasan, prinsip yang mendasarinya dan komponen di belakang CBT.

CBT bukan sekedar bisnis pariwisata yang bertujuan memaksimalkan keuntungan investor. Sebaliknya, hal ini lebih mementingkan dampak pariwisata pada sumber daya masyarakat dan lingkungan. CBT muncul dari sebuah strategi pengembangan masyarakat menggunakan pariwisata sebagai alat untuk memperkuat kemampuan organisasi masyarakat pedesaan yang mengelola sumber daya pariwisata dengan partisipasi masyarakat setempat.

Prinsip dari CBT :
1. Mengakui, mendukung dan mempromosikan kepemilikan masyarakat terhadap pariwisata;
2. Melibatkan anggota masyarakat sejak awal dalam setiap aspek;
3. Mempromosikan kebanggaan masyarakat;
4. Meningkatkan kualitas hidup;
5. Memastikan kelestarian lingkungan;
6. Mempertahankan karakter dan budaya unik daerah setempat;
7. Meningkatkan pembelajaran lintas budaya;
8. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia;
9. Membagikan manfaat secara adil di antara anggota masyarakat;
10. Kontribusi persentase pendapatan yang tetap terhadap proyek masyarakat;

Definisi Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT)
CBT adalah pariwisata yang mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. Ini dikelola dan dimiliki oleh masyarakat, untuk masyarakat, dengan tujuan untuk memungkinkan pengunjung meningkatkan kesadaran mereka dan belajar tentang masyarakat dan cara hidup lokal ".

Unsur – unsur CBT
Sumber daya alam dan budaya
·         Sumber daya alam terpelihara dengan baik
·         Ekonomi lokal dan mode produksi bergantung pada pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
·         Adat dan budaya yang unik di destinasi
Organisasi masyarakat
·         Masyarakat berbagi kesadaran, norma dan ideologi
·         Masyarakat memiliki orang tua yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan tradisional setempat.
·         Masyarakat memiliki rasa memiliki dan ingin berpartisipasi dalam perkembangan komunitasnya sendiri
Pengelolaan
·         Komunitas memiliki peraturan dan regulasi untuk pengelolaan lingkungan, budaya, dan pariwisata.
·         Suatu organisasi atau mekanisme lokal ada untuk mengelola pariwisata dengan kemampuan untuk menghubungkan pariwisata dan pengembangan masyarakat
·         Manfaatnya terbagi secara merata ke semua
·         Persentase keuntungan dari pariwisata berkontribusi pada dana masyarakat untuk pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat.
Pembelajaran
Kegiatan dan layanan wisata bertujuan :
·           Membina proses pembelajaran bersama antara tuan rumah dan tamu
·           Mendidik dan membangun pemahaman tentang beragam budaya dan cara hidup
·           Meningkatkan kesadaran dan konservasi alam dan budaya di kalangan wisatawan dan masyarakat setempat.


Syarat dan definisi untuk jenis wisata mirip dengan CBT
1. Ekowisata
'Ekowisata' adalah ‘wisata yang mengutamakan tanggung jawab’ di wilayah yang memiliki sumber daya alam yang memiliki karakteristik endemik dan sumber daya budaya atau sejarah yang terintegrasi ke dalam sistem ekologi kawasan ini. Tujuannya adalah untuk menciptakan kesadaran di antara semua pihak terkait mengenai kebutuhan dan tindakan yang digunakan untuk melestarikan ekosistem dan karena itu berorientasi pada partisipasi masyarakat serta penyediaan pengalaman belajar bersama dalam pengelolaan pariwisata dan lingkungan yang berkelanjutan. "(The Otoritas Pariwisata Thailand, 1997).

Ekowisata VS CBT
Ekowisata
1.        Bertanggung jawab mengelola atraksi alam, budaya lokal, dan kualitas unik dari destinasi
2.        Kepemilikan tidak ditentukan
3.        Manajemen pariwisata tidak ditentukan
4.        Menekankan keterkaitan pariwisata dan lingkungan
CBT
1.        Pengelolaan lingkungan, sumber daya alam, sistem sosial dan budaya yang bertanggung jawab dalam merespon kebutuhan masyarakat
2.        Kepemilikan oleh masayarakat
3.        Manajemen pariwisata oleh masyarakat
4.        Menekankan perkembangan holistik

2. Kunjungan singkat
Program tur massal yang menampilkan beberapa kunjungan singkat dalam waktu beberapa jam ke masyarakat lokal untuk waktu yang cukup lama.

CBT VS Kunjungan singkat
CBT
1. Memiliki waktu kunjungan yang cukup untuk memahami, melalui observasi, aktivitas dan diskusi
2. Partisipasi dalam aktivitas masyarakat cenderung tinggi
3. Tingginya pembelajaran dan pertukaran budaya
4. Harga dan penghasilan diatur oleh komunitas
5. Pemahaman wisatawan terhadap masyarakat kemungkinan terjadi melalui pengamatan, percakapan dan interaksi yang bermakna dengan anggota masyarakat sebagai hasil rancangan program

Kunjungan singkat
1. Memiliki waktu yang singkat untuk observasi. Sedikit waktu atau bahkan tidak ada waktu bagi wisatawan untuk berpartisipasi dalam kegiatan lokal. Tidak ada waktu pertukaran dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan pemahaman lintas budaya
2. Partisipasi dalam aktivitas masyarakat cenderung rendah
3. Rendahnya terjadi pembelajaran dan pertukaran budaya
4. Masyarakat hanya memiliki sedikit kontrol kecuali dalam hal turis yang datang untuk tujuan membeli produk lokal seperti skema “One Tambon One Produk”
5. Hanya mungkin melalui narasumber luar yang memiliki pengetahuan tentang masyarakat setempat dan bertindak sebagai perantara ‘ahli’

3. Homestay
Homestay merupakan salah satu jenis pariwisata yang mempromosikan interaksi antara keluarga angkat dan wisatawan. Salah satu dari sekian banyak pilihan akomodasi yang tersedia untuk CBT, homestay dapat bertindak sebagai alat pengembangan untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan dan higienitas di masyarakat tujuan.

CBT VS Homestay
CBT
1.        Pembelajaran datang dari seluruh masyarakat
2.        Banyak jenis akomodasi termasuk tenda, kabin, homestay atau wisma
3.        Memungkinkan proses belajar terjadi melalui interaksi dengan banyak tipe orang termasuk keluarga angkat, pemandu lokal dan kelompok yang mengorganisir kegiatan masyarakat
4.        Manfaat komunitas : anggota masyarakat dengan status yang berbeda bisa mendapatkan keuntungan dengan mengambil berbagai peran dalam manajemen pariwisata seperti narasumber, pemandu, tuan rumah. Bagian dari keuntungan disumbangkan untuk proyek masyarakat.

Homestay
1.        Pembelajaran kebanyakan berasal dari keluarga angkat
2.        Akomodasi di rumah keluarga angkat
3.        Bergantung pada antusiasme pengunjung dan keluarga angkat
4.        Seringkali hanya rumah tangga yang lebih kaya/mampu memiliki kesempatan untuk menyediakan akomodasi dan akan mengumpulkan keuntungan bagi diri mereka sendiri kecuali dalam hal ada peraturan yang memastikan bagian dari keuntungan disumbangkan untuk proyek masyarakat.

CBT dan pengembangan masyarakat
CBT dimaksudkan sebagai alat untuk pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Memahami situasi masyarakat akan membantu memaksimalkan kapasitas CBT untuk bertindak sebagai strategi pembangunan masyarakat yang efektif dan berkelanjutan.
Lima prinsip aspek pengembangan masyarakat :
Ekonomi
·           Penghasilan dari produksi lokal
·           Diversifikasi ekonomi lokal
·           Kemandirian
Sosial
·           Pembangunan yang berpusat pada orang(manusia)
·           Keadilan sosial
·           Memuaskan kualitas hidup
·           Organisasi komunitas aktif
Politik
·           Partisipasi masyarakat
·           Pembangunan sebagai respon terhadap kebutuhan masyarakat
·           Demokratisasi
Kultural
·           Pendidikan formal dan informal
·           Budaya lokal menurun ke generasi berikutnya
·           Pelestarian budaya
Lingkungan
·           Hak pengelolaan sumber daya alam
·           Tanggung jawab atas lingkungan
·           Konservasi sumber daya alam

http://charlieontravel.com/thailand-community-based-tourism/


Berikut bagaimana CBT dapat digunakan sebagai alat untuk pengembangan masyarakat:
1. Ekonomi
·           Menaikkan dana untuk oengembangan masyarakat
·           Menciptakan pekerjaan di bidang pariwisata
·           Mengangkat pendapatan orang lokal
2. Politik
·           Memunculkan partisipasi masyarakat setempat
·           Meningkatkan kekuatan masyarakat dari luar
·           Memastikan hak dalam pengelolaan sumber daya alam
3. Lingkungan
·           Mempelajari daya dukung area terseut
·           Mengelola pembuangan limbah
·           Meningkatkan kesadarn akan perlunya konservasi
4. Sosial
·         Meningkatkan kualitas hidup
·         Mempromosikan kebanggaan masyarakat
·         Membagi peran secara adil antara wanita/pria, tua/remaja
·         Membangun organisasi manajemen masyarakat
5. Kultural
·         Mendorong timbulnya rasa hormat terhadap perbedaan budaya
·         Membantu berkembangnya proses pertukaran budaya
·         Menanamkan perkembangan pada budaya lokal

Proses memfasilitasi pengembangan CBT
Langkah-langkah membangun kapasitas masyarakat untuk mengelola pariwisata adalah sebagai berikut:
1. memilih destinasi
2. menyelesaikan studi kelayakan kerjasama dengan masyarakat
3. menetapkan visi dan tujuan dengan masyarakat
4. mengembangkan rencana untuk mempersiapkan masyarakat mengelola pariwisata
5. Menetapkan arah untuk menejemen organisasi
6. Merancang program tur
7. Melatih pemandu wisata
8. Mengembangkan rencana pemasaran
9. Meluncurkan tur program
10. Memantau dan mengevaluasi prosesnya