Selasa, 13 Maret 2018

Struktur Organisasi Desa Wisata



  1. Struktur Organisasi yang perlu untuk pengembangan Desa Wisata


1521010934252

Yang perlu terlibat dalam pengembangan desa wisata adalah seluruh masyarakat warga desa yang ada di desa tersebut.

2. Contoh Desa Wisata berkembang/tidak berkembang
Desa Wisata Pentingsari
Statement : Desa tersebut tergolong desa wisata yang menurut kami mempunyai kelembagan dan sudah termasuk desa wisata yang baik dalam pengelolaan serta pengembangannya.
Alasan :
Dengan melibatkan masyarakat sebagai pengerak desa wisata di Desa wisata Penting Sari, membuat desa wisata ini mampu menyandang desa wisata maju yang mengusung  CBT dan berhasl menjadi desa wisata yang banyak pengunjung. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masyarakat dalam pembangunan desa wisata tersebut, yaitu di bawah suatu kelembagaan khusus yang mengatur dan mengelola desa wisata tersebut. Lembaga yang terdiri dari masyarakat desa penting sari jga, mengatur desa wisata tersebut dan dikelola oleh seorang ketua yang memimpin dan mengarahkan jalanya dan mengatur bagaimana desa wisata tersebut bergerak dan dapt dinikmati oleh wisatawan dengan keunikan-keunikan yang dikemas dalam suatu paket.  Dalam pelaksanaanya ketua membawahi langsung seksi dan bendahara serta sekeraris. Mereka akan berkoordinasi atau berkumpul tiap pekan sekali untuk membahas dan mengevaluasi bagaimana perkembangan dan juga menentukan hal-hal yang perlu ditingkatkan serta diperbaiki lagi. Dengan kelembagaan tersebut tentu saja akan terjadi suatu sinergi yang baik jelas dan terarah dalam perencanaan, pengelolan dan pengaturan, sehinga desa wisata semakin teratur jalanya rencana-rencana yang telah disusun.
bagan deswis pentingsari (2)
Desa wisata Trumpon
Statement  : Desa wisata ini merupakan desa wisata yang kurang dalam pengembangan dan pengelolaan kelembagannya.

Alasan : Desa wisata ini terletak di Salam, Yogyakarta, yang menawarkan sebuah panorama pemandangan alam dan perkbunan salak pondoh yang tertata indah. Desa wisata ini mempunya potensi yang cukup menarik dengan berbagai paket wisata yang di tawarkan. Namun dengan paket, promosi dan upaya yang sudah di lakukan desa wisata ini tetap belum maju dan belum berkembang. Hal tersebut tak jauh penyeabnya karena sistem managemen desa wisata tersebut belum di wadahi sebuah organisasi atau kelembagaan yang terkordinas dengan baik. Banyak dari warga setempat yang tidak aktif dalam pengelolanya membuat desa wisata ini berhenti di titik yang sama dalam perkembanganya.

Nama Anggota Kelompok :
  1. Ariningsih
  2. Agnes Christiani
  3. Dewi Rahmawati
  4. Elvina Fajarena
  5. Fattah A F

Senin, 12 Maret 2018

Candi dalam Gereja? Yuk Telusuri Desa Wisata Ngringinan



Pada tanggal 10 maret 2018, saya dan teman – teman seangkatan dari D3 Kepariwisataan UGM melakukan kuliah lapangan ke Ganjuran kompleks di Desa Palbapang, Bantul, Yogyakarta. Kami bersama – sama menuju ke Ganjuran dengan menggunakan motor dari kampus kami sekitar jam 7 pagi.  Waktu yang di tempuh adalah sekitar 1 jam dari kampus kami. Akses menuju ke lokasi terbilang cukup mudah dan keadaan jalanan yang baik.

Setelah kami semua sampai di Ganjuran kami berkumpul di Museum Bantul Masa Belanda.  Disana kemudian kami disambut oleh pengelola desa wisata tersebut yang bernama Bapak Windu Kuntoro atau yang biasa dipanggil Pak Kun. Pak Kun memberi sambutan kepada kami dan menceritakan mengenai Desa Wisata Ngringinan Palbapang yang kemudian terdapat sesi tanya jawab dari kami kepada Pak Kun. 

Desa Wisata ini akan menyuguhkan anda suasana Bantul tempo dulu dan membuat anda merasakan bagaimana Bantul pada saat masa penjajahan Belanda. Salah satunya adalah dengan berkunjung ke Museumnya yakni Museum Bantul Masa Belanda. Di Museum ini terdapat foto – foto, surat dan mata uang  ketika Bantul dan Palbapang menjadi pusat kota dan perekonomian pada saat itu. Salah satunya adalah foto Stasiun Kereta Palbapang pada masa lampau dan foto peresmian Candi Ganjuran.

Bagi anda yang menyukai wisata kuliner, Desa Wisata ini memiliki makanan khas tradisional bernama Madumongso. Madumongso ini terlihat seperti dodol yang berwarna coklat manis. Akan tetapi Madumongso berbahan dasar ketan yang difermentasi menjadi tape kemudian diolah lagi dengan santan dan gula. Setelah semua proses dilakukan kemudian Madumongso dibungkus menggunakan kertas minyak yang berwarna – warni. Disini wisatawan dapat melihat langsung proses pembuatan Madumongso tersebut yang diolah oleh ibu – ibu setempat.

Sumber : Dokumen pribadi penulis

 Setelah sambutan usai, kami pun mengunjungi Gereja Ganjuran ( Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus). Di Gereja Ganjuran ini kami dapat merasakan akulturasi antara hindu-budha,jawa dan Eropa. Gereja ini memiliki aura jawa karena memiliki bentuk bangunan joglo bisa dilihat dari tiang – tiang besar yang terdapat ukiran – ukiran jawa. Kemudian akulturasi hindu-budha terasa karena terdapat patung-patung yang mirip seperti yang ada di candi – candi. Selain itu, hal yang membedakan gereja ini dengan yang lain adalah adanya candi yang terletak dekat dengan gereja ini. Candi ini biasa dipakai untuk bersembahyang umat kristen dan saat saya berkunjung pun terdapat beberapa pengunjung yang sedang bersembahyang di candi tersebut. Kemudian akulturasi gaya Eropa dapat dilihat dari atap gereja yang berbentuk piramida yang dihiasi dengan salib besar. Di sekitar Gereja ini terdapat pohon – pohon pinus yang membuat teduh suasana untuk bersembahyang.

Denah lokasi

Candi Ganjuran
Pohon Pinus Sekitar Candi Ganjuran
Setelah mengunjungi Gereja dan Candi Ganjuran ini kemudian kami kembali ke tempat awal dan melanjutkan makan siang bersama. Seusai makan siang kami pun berdoa dan bersiap untuk kembali pulang.

Jumat, 02 Maret 2018

Kontranya Reklamasi di Benoa Bay, Bali


https://www.kaskus.co.id/thread/53c42ebd62088197168b4619/pro---kontra-reklamasi-teluk-benoa-bali/



Pariwisata di Indonesia saat ini memang sedang berkembang pesat. Salah satu wisatanya yang paling dikenal ke luar negeri adalah  Pulau Bali. Bali merupakan pulau yang kaya akan keindahan alamnya dan juga adat istiadatnya. Akan tetapi pada tahun 2012 mulai terjadi kisruh karena akan diadakannya program reklamasi di pulau ini, lebih tepatnya di Teluk Benoa. Masyarakat ramai melakukan aksi pro maupun kontra atas program tersebut. 

Saya salah satu yang berada di posisi kontra dengan adanya reklamasi ini. Karena menurut saya banyak hal – hal yang memang lebih baik jika program reklamasi ini tidak dilakukan. Muncul alasan – alasan yang dapat dijadikan bahan penolakan atas reklamasi ini. Walaupun program ini telah mengantongi izin dari pemerintah akan tetapi banyak dampak negatif yang akan timbul dari dilaksankannya program ini. Pihak – pihak yang pro terhadap rekalamasi akan menggunakan izin ini sebagai alasan bahwa program tersebut tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah. Akan tetapi jika dibandingkan dengan dampak- dampak negatif yang akan muncul setelah adanya program reklamasi ini rasanya izin tersebut bukan menjadi alasan kuat. 

http://www.forbali.org/id/mengapa-kami-menolak/


Bali merupakan Pulau dengan masyarakat yang memiliki adat istiadat yang kuat. Didalam kehidupan masyarakat Bali terdapat istilah Tri Hita Karana yang maknanya yakni hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan lingkungan atau alam. Tiga hal tersebut dipercaya merupakan sumber kebahagiaan jika dijalankan dengan harmonis. Maka jika reklamasi dilakukan maka akan bertentangan dengan Tri Hita Karana tersebut karena akan terjadi ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alam. Oleh karena itu program tersebut sama dengan menentang adat istiadat masyarakat Bali. 

Kerusakan alam yang dapat terjadi akibat program reklamasi ini adalah seperti rusaknya terumbu karang. Kawasan sekitar Teluk Benoa merupakan kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati seperti terumbu karang. Terumbu karang ini otomatis akan tergerus jika rekalamasi ini diteruskan. Kemudian          program ini akan berdampak negatif pula pada ekosistem mangrove di Teluk Benoa. Dengan dibangunnya pulau buatan maka akan mengubah struktur mangsrove di sekitar kawasan Teluk Benoa. Yang kemudian akan menyebabkan terjaidnya abrasi karena rusaknya hutan mangrove tersebut. Selain itu, adanya pulau buatan ini akan membuat kawasan  ini menjadi rentan terhadap bencana karena hilangnya kekuatan tanah jika terjadi getaran gempa.

Selain dampak – dampak negatif dari segi lingkungan yang bermunculan. Dampak negatif dari segi ekonomi juga turut hadir dalam hal ini. Dengan adanya program reklamasi ini maka akan mematikan mata pencaharian para nelayan sekita Teluk benoa ini. Lahan para nelayan akan tergerus oleh pembangunan reklamasi. Walau rekalamasi ini digadang gadang akan membuka lapangan baru karena akan mendirikan resort dan lahan pariwisata lainnya akan tetapi hal ini bisa saja tidak sesuai dengan sumber daya masyarakat yang ada yang kemudian lapangan pekerjaan baru itu akan diambil alih oleh para pendatang dari daerah lain. Lagipula Pulau Bali bukan termasuk Pulau dengan tingkat pengangguran yang tinggi. 

Dampak lain yang muncul adalah terjadinya pembangunan yang tidak seimbang antara Bali Selatan, Utara, Barat dan Timur. Teluk Benoa ini terletak di Bali Selatan dimana sudah terdapat banyak sekali didirikan perhotelan dan lahan pariwisata sehingga telah mencapai tingkat hunian kamar yang tinggi. Maka seharusnya Bali Selatan tidak perlu lagi melakukan reklamasi seperti ini, seharusnya di jaga saja persawahan dan lahan – lahan pertanian tempat pencaharian masyarakat. 

Menurut saya konflik ini terletak antara sudut pandang ekonomi, ekologi dan budaya. Jika rekalamasi dilakukan dengan dalih meningkatkan perekonomian dan membuka lapangan kerja maka apakah itu akan berlangsung lama jika tidak mempedulikan lingkungan ekosistem secara keberlanjutan dan menajaga keharmonisan adat setempat.